Meskipun kita mungkin akrab dengan altruisme, para psikolog sosial tertarik untuk memahami mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang menginspirasi berbagai tindakan kebaikan ini? Apa saja yang memotivasi orang untuk mempertaruhkan nyawa mereka sendiri untuk menyelamatkan orang asing?
Altruisme adalah salah satu aspek dari apa yang disebut sebagai perilaku prososial, perilaku prososial mengacu pada tindakan-tindakan apa pun yang menguntungkan orang lain, tidak peduli apa motifnya atau bagaimana pemberi mendapat berbagai manfaat dari tindakan tersebut.
Meskipun semua tindakan altruistik bersifat prososial, tidak semua perilaku prososial adalah sepenuhnya altruistik, kita mungkin dapat membantu orang lain karena berbagai alasan seperti rasa bersalah, kewajiban, tugas atau bahkan untuk hadiah.
Kita semua tidak yakin mengapa altruisme ada, tetapi para psikolog telah memberikan berbagai penjelasan yang berbeda tentang altruisme.
Evolusi
Para psikolog telah lama memperdebatkan apakah beberapa orang memiliki kecenderungan alami untuk membantu orang lain semenjak dilahirkan, sebuah teori yang menunjukkan bahwa altruisme dapat dipengaruhi oleh genetika.
Seleksi kerabat adalah teori evolusi yang mengusulkan bahwa orang lebih mungkin untuk membantu mereka yang merupakan saudara sedarah karena hal itu akan meningkatkan kemungkinan penurunan gen ke generasi mendatang, sehingga memastikan kelanjutan dari gen bersama, semakin erat individu terkait, semakin besar kemungkinan untuk saling membantu.
Perilaku prososial seperti altruisme, kerjasama dan empati kemungkinan juga memiliki sebuah dasar genetik.
Imbalan Berbasis Otak
Altruisme mengaktifkan pusat penghargaan di otak, para ahli neurobiologi telah menemukan bahwa ketika seseorang berperilaku altruistik, pusat-pusat kesenangan di otak mereka menjadi lebih aktif.
Terlibat di dalam tindakan-tindakan welas asih dapat mengaktifkan berbagai area otak yang terkait dengan sistem penghargaan, perasaan postif yang diciptakan oleh tindakan-tindakan welas asih kemudian dapat memperkuat altruistik.
Lingkungan
Berbagai interaksi dan hubungan dengan orang lain memiliki pengaruh besar pada perilaku altruistik, dan sosialisasi kemungkinan berdampak secara signifikan pada tindakan-tindakan altruistik pada anak-anak kecil.
Dalam sebuah penelitian, anak-anak yang mengamati tindakan-tindakan altruisme timbal balik yang sederhana jauh lebih mungkin untk juga menunjukkan tindakan-tindakan altruistik, disisi lain, tindakan-tindakan yang ramah namun non-altruisti tinda memberikan mereka inspirasi sama sekali.
Mencontohkan berbagai tindakan altruistik dapat menjadi sebuah cara penting untuk mendorong tindakan-tindakan prososial dan welas asih pada anak-anak, mengamati perilaku prososial tampaknya juga mengarah pada perilaku menolong antara orang-orang dewasa.
Norma-norma Sosial
Berbagai aturan, norma dan harapan masyarakat juga dapat mempengaruhi apakah orang-orang dapat terlibat dalam perilaku altruistik atau tidak, norma timbal balik misalnya, adalah sebuah ekspektasi sosial di mana kita merasa tertekan untuk membantu orang lain jika mereka telah melakukan sesuatu untuk kita.
Misalnya, jika teman Anda tekah meminjamkan uang untuk makan siang beberapa minggu yang lalu, Anda mungkin akan merasa terdorong untuk membalasnya ketika dia bertanya apakah boleh meminjam uang sebanyak Rp 1 juta, mereka telah melakukan sesuatu untuk Anda, sekarang Anda merasa berkewajiban untuk melakukan sesuatu sebagai balasannya.
Insentif
Meskipun definisi dari altruisme adalah mencakup melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan, mungkin masih terdapat berbagai insentif kognitif yang masih belum jelas, misalnya, kita dapat membantu orang lain untuk meredakan kesusahan kita sendiri atau karena bersikap baik kepada orang lain akan membuat kita memandang diri kita sendiri sebagai orang yang baik.
Penjelasan kognitif lainnya di antaranya adalah :
- Empati. Orang lebih cenderung terlibat ke dalam perilaku altruistik ketika mereka merasakan empati terhadap orang yang sedang mengalami kesusahan, sebuah sugesti yang dikenal sebagai hipotesis empati-altruisme, anak-anak juga cenderung menjadi lebih altruistik ketika rasa empati mereka mulai berkembang.
- Membantu meredakan perasaan negatif. Tindakan-tindakan altruistik dapat membantu dalam meringankan berbagai perasaan negatif yang terkait dengan melihat orang lain yang seda dalam kesusahan, sebuah gagasan yang disebut sebagai model untuk meredakan kondisi negatif, pada dasarnya, melihat orang lain sedang berada dalam masalah akan membuat kita merasa kesal, tertekan atau tidak nyaman, tetapi dengan membantu mereka dapat mengurangi perasaan-perasaan negatif ini.
Referensi
- What Is Altruism? https://www.verywellmind.com/what-is-altruism-2794828
- Cortes Barragan R, Dweck CS. Rethinking natural altruism: Simple reciprocal interactions trigger children’s benevolence. Proc Natl Acad Sci USA. 2014;111(48):17071-4.
- Sisco MR, Weber EU. Examining charitable giving in real-world online donations. Nat Commun. 2019;10(1):3968.
- Reuter M, Frenzel C, Walter NT, Markett S, Montag C. Investigating the genetic basis of altruism: The role of the COMT Val158Met polymorphism. Soc Cogn Affect Neurosci. 2011;6(5):662-668.
- Klimecki OM, Leiberg S, Ricard M, Singer T. Differential pattern of functional brain plasticity after compassion and empathy training. Soc Cogn Affect Neurosci. 2014;9(6):873-9.
- Jung H, Seo E, Han E, Henderson MD, Patall EA. Prosocial modeling: A meta-analytic review and synthesis. Psychol Bull. 2020;146(8):635-663.
- Poulin MJ, Brown SL, Dillard AJ, Smith DM. Giving to others and the association between stress and mortality. Am J Public Health. 2013;103(9):1649–55.
- Post SG. It’s good to be good: 2011 fifth annual scientific report on health, happiness and helping others. IJPCM. 2011;1(4):814-829.
- Thomas AG, Jonason PK, Blackburn JD, et al. Mate preference priorities in the East and West: A cross‐cultural test of the mate preference priority model. J Pers. 2020;88(3):606-620.
Pengertian | Jenis | Perilaku | Manfaat | Berlatih