Depresi bisa lebih dari sekedar keadaan sedih atau merasa sedih, depresi yang berat dapat menyebabkan berbagai gejala, beberapa diantaranya akan mempengaruhi suasana hati Anda dan gejala lainnya akan mempengaruhi kondisi tubuh Anda, gejala-gejala dari depresi kemungkinan juga bisa berlanjut, bisa juga datang dan pergi, gejala depresi bisa berbeda-beda antara pria, wanita dan anak-anak.
Gejala Depresi Pada Pria
Para pria kemungkinan akan mengalami gejala-gejala depresi yang berkaitan dengan :
- Suasana hati, seperti kemarahan, agresivitas, mudah tersinggung, gelisah.
- Kesejahteraan emosional, seperti merasa hampa, sedih, putus asa.
- Perilaku, seperti kehilangan minat, tidak lagi menemukan kesenangan pada aktivitas favorit, mudah lelah, pikiran bunuh diri, minum alkohol berlebihan, menggunakan narkoba, melakukan berbagai aktivitas beresiko tinggi.
- Ketertarikan sosial, seperti berkurangnya hasrat seksual, berkurangnya performa seksual.
- Kemampuan kognitif, seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, kesulitan dalam menyelesaikan tugas, respon yang tertunda ketika berbincang.
- Pola tidur, seperti insomnia, tidur gelisah, kantuk yang berlebihan, tidak tidur sepanjang malam.
- Kesejahteraan fisik, seperti kelelahan, rasa nyeri, sakit kepala, masalah pencernaan.
Gejala Depresi Pada Wanita
Para wanita kemungkinan akan mengalami gejala-gejala depresi yang berkaitan dengan :
- Suasana hati, seperti mudah tersinggung.
- Kesejahteraan emosional, seperti merasa sedih, hampa, cemas atau putus asa.
- Perilaku, seperti kehilangan minat dalam berbagai aktivitas, menarik diri dari keterlibatan sosial, pikiran bunuh diri.
- Kemampuan kognitif, seperti berpikir atau berbicara lebih lambat dari biasanya.
- Pola tidur, seperti sulit tidur di sepanjang malam, bangun pagi, tidur terlalu banyak.
- Kesejahteraan fisik, seperti penurunan energi, kelelahan yang lebih besar, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, nyeri, sakit kepala, sering merasakan kram.
Gejala Depresi Pada Anak-anak
Anak-anak kemungkinan akan mengalami gejala-gejala depresi yang berkaitan dengan :
- Suasana hati, seperti mudah tersinggung, marah, perubahan suasana hati, menangis.
- Kesejahteraan emosional, seperti perasaan tidak kompeten (misal, “Saya tidak dapat melakukan apapun dengan benar”), putus asa, menangis, kesedihan yang intens.
- Perilaku, seperti mendapat masalah di sekolah atau menolak untuk berangkat ke sekolah, menghindari teman atau menghindari saudara kandung, pikiran tentang kematian atau pikiran bunuh diri.
- Kemampuan kognitif, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, penurunan prestasi di sekolah.
- Pola tidur, seperti sulit tidur atau terlalu banyak tidur.
- Kesejahteraan fisik, seperti kehilangan energi, masalah pencernaan, perubahan nafsu makan, penurunan atau penambahan berat badan.
Gejala-gejala depresi bisa melampaui apa yang ada di pikiran Anda.
Gejala Depresi dan Kesehatan Mental
Dibawah ini adalah beberapa contoh dari depresi yang berjalan beriringan dengan berbagai kondisi kesehatan mental.
Depresi Bipolar
Depresi bipolar terjadi pada beberapa jenis gangguan bipolar, orang-orang yang memiliki gangguan bipolar mungkin perubahan suasana hati secara signifikan, episode dalam jenis bipolar 2, misalnya, berkisar pada episode manik berenergi tinggi hingga episode berenergi rendah.
Hal ini tergantung pada jenis gangguan bipolar yang Anda alami, diagnosis bipolar 1 hanya disertai dengan episode manik, bukan depresi.
Gejala depresi pada orang dengan gangguan bipolar diantaranya adalah :
- Kehilangan minat atau kenikmatan dari aktivitas normal.
- Merasa sedih, khawatir, cemas atau hampa.
- Tidak memiliki energi atau bersusah payah dalam menyelesaikan tugas.
- Kesulitan dalam mengingat.
- Tidur terlalu banyak atau insomnia.
- Kenaikan atau penurunan berat badan sebagai peningkatan atau penurunan nafsu makan.
- Merenungkan kematian atau bunuh diri.
Jika gangguan bipolar ini diobati, gejala depresi yang terjadi semakin sedikit dan lebih ringan.
Depresi dan Kecemasan
Depresi dan kecemasan dapat terjadi pada seeseorang secara bersamaan, faktanya, penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen orang yang menderita depresi juga memiliki gejala kecemasan, meskipun diduga disebabkan oleh berbagai hal yang berbeda, depresi dan kecemasan dapat menghasilkan beberapa gejala yang serupa, diantaranya :
- Mudah marah.
- Kesulitan dengan ingatan atau berkonsentrasi.
- Masalah tidur.
Kedua kondisi ini juga memiliki beberapa perlakuan atau perawatan yang serupa, baik kecemasan maupun depresi dapat diobati dengan :
- Terapi, seperti cognitive behavioral therapy atau terapi perilaku kognitif.
- Pengobatan.
- Terapi alternatif, termasuk hipnoterapi.
Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala dari salah satu kondisi ini, atau mungkin keduanya, buatlah janji temu dengan penyedia layanan kesehatan di tempat Anda, Anda dapat berdiskusi dengan mereka guna mengidentifikasi gejala-gejala dari kecemasan dan depresi yang berdampingan dan bagaimana cara untuk mengobatinya.
Depresi dan Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)
Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah salah satu jenis dari gangguan kecemasan, meyebabkan pikiran, dorongan dan ketakutan yang tidak diinginkan serta berulang (obsesi), ketakutan-ketakutan ini menyebabkan Anda melakukan perilaku atau semacam ritual secara berulang (kompulsi) yang Anda harapkan akan mampu meredakan stres yang disebabkan oleh obsesi.
Orang-orang yang didiagnosis dengan OCD sering menemukan diri mereka berada di dalam lingkaran obses dan kompulsi, Anda mungkin akan merasa terisolasi karena hal ini, hal ini dapat menyebabkan penarikan diri dari lingkungan pertemanan dan berbagai situasi sosial sehingga dapat meningkatkan resiko mengalami depresi.
Tidak jarang seseorang penderita OCD juga mengalami depresi, memiliki satu gangguan kecemasan dapat meningkatkan peluang Anda untuk mengalami gangguan kecemasan lainnya, sekitar 80 persen orang yang menderita OCD juga mengalami depresi yang berat.
Diagnosis ganda ini juga menjadi perhatian pada anak-anak, perilaku kompulsif mereka, yang sangat mungkin pertama kali berkembang di usia dini, dapat membuat mereka merasa tidak seperti anak-anak lainnya, hal itu dapat menyebabkan penarikan diri dari lingkungan pertemanannya dan dapat meningkatkan kemungkinan bagi si anak mengalami depresi.
Depresi Dengan Psikosis
Beberapa orang yang telah didiagnosis dengan depresi berat kemungkinan juga akan memiliki gejala-gejala gangguan mental lainnya yang disebut dengan psikosis, ketika kedua kondisi ini terjadi secara bersamaan, kondisi ini dikenal dengan nama psikosis depresif.
Psikosis depresif ini dapat menyebabkan orang melihat, mendengar, percaya atau mencium berbagai hal yang tidak nyata, orang-orang dengan kondisi ini juga kemungkinan akan mengalami perasaan sedih, putus asa dan mudah tersinggung.
Kombinasi dari kedua kondisi ini sangat berbahaya, karena seseorang dengan psikosis depresif mungkin akan mengalami delusi yang dapat menyebabkan seseorang berpikir untuk bunuh diri atau mengambil berbagai resiko yang tidak biasa.
Tidak jelas apa yang menyebabkan kedua kondisi ini atau mengapa keduanya bisa terjadi secara bersamaan, tetapi pengobatan dapat meredakan gejala-gejalanya, seperti pengobatan dengan obat-obatan dan terapi elektrokonvulsif (ECT).
Memahami faktor-faktor dari resiko dan kemungkinan penyebabnya dapat membantu Anda untuk menyadari gejala-gejala awalnya.
Depresi Ketika Kehamilan
Kehamilan seringkali menjadi saat yang menyenangkan bagi banyak orang, namun, masih umum terjadi bagi seorang wanita yang mengandung mengalami depresi, gejala-gejala depresi selama kehamilan diantaranya :
- Perubahan nafsu makan atau kebiasaan makan.
- Merasa putus asa.
- Kegelisahan.
- Kehilangan minat pada berbagai aktivitas dan hal-hal yang sebelumnya disukai.
- Kesedihan yang terus-menerus.
- Masalah dalam konsentrasi dan mengingat.
- Masalah tidur, termasuk insomnia atau terlalu banyak tidur.
- Pikiran-pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Perawatan untuk depresi selama kehamilan dapat berfokus sepenuhnya pada terapi bicara dan perawata yang alami lainnya.
Meskipun beberapa wanita menggunakan antidepresan selama masa kehamilan mereka, belum jelas mana yang paling aman, penyedia layanan kesehatan atau medis di tempat Andamungkin akan mendorong Anda untuk mencoba berbagai pilihan alternatif hingga proses kelahiran bayi Anda selesai.
Resiko depresi bisa berlanjut bahkan setelah bayi lahir, depresi pasca persalinan, yang juga disebut gangguan depresi mayor dengan onset peripartum, merupakan masalah yang cukup serius bagi para ibu baru.
Depresi dan Alkohol
Penelitian telah menetapkan hubungan antara penggunaan alkohol dan depresi, orang-orang yang mengalami depresi lebih cenderung akan menyalahgunakan alkohol, dari 20,2 juta orang dewasa di Amerika yang mengalami penyalahgunaan narkoba, 40 persen diantaranya menderita suatu penyakit mental yang menyertai.
Menurut sebuah studi di tahun 2012, 63,8 persen dari orang-orang yang ketergantungan alkohol juga mengalami depresi, minum alkohol secara teratur dapat memperburuk gejala depresi dan orang-orang yang mengalami depresi emiliki kecenderungan penyalahgunaan alkohol atau bahkan menjadikannya seorang alkoholik.
Referensi
- Everything You Want to Know About Depression. https://www.healthline.com/health/depression
- Brody DJ, et al. (2018). NCHC Data Brief, No. 303: Prevalence of depression among adults aged 20 and over: United States, 2013–2016.
cdc.gov/nchs/products/databriefs/db303.htm - Chaudhary RK, et al. (2016). Depression and risk of suicide in patients with obsessive-compulsive disorder: A hospital-based study. DOI:
10.4103/ipj.ipj_63_16 - Depression. (2017).
nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions/Depression - Depression basics. (2016).
nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml - Depression in women: 5 things you should know. (n.d.).
nimh.nih.gov/health/publications/depression-in-women/index.shtml - Key findings: U.S. children with diagnosed anxiety and depression. (2019).
cdc.gov/childrensmentalhealth/features/anxiety-and-depression.html - Kura MW, et al. (2012). The association between alcohol dependence and depression before and after treatment for alcohol dependence. DOI:
10.5402/2012/482802 - Mayo Clinic Staff. (2018). Depression (major depressive disorder).
mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007 - Mayo Clinic Staff. (2017).
mayoclinic.org/drugs-supplements-same/art-20364924 - Men and depression. (2017).
nimh.nih.gov/health/publications/men-and-depression/index.shtml - Mental health by the numbers. (2019).
nami.org/Learn-More/Mental-Health-By-the-Numbers - Pearson RM, et al. (2018). Prevalence of prenatal depression symptoms among 2 generations of pregnant mothers: The Avon Longitudinal Study of Parents and Children. DOI:
10.1001/jamanetworkopen.2018.0725 - Postpartum depression facts. (n.d.).
nimh.nih.gov/health/publications/postpartum-depression-facts/index.shtml - Regier DA, et al. (2013). The DSM-5: Classification and criteria changes. DOI:
10.1002/wps.20050 - Zhang Y, et al. (2014). Depression, alcohol dependence and abuse, and drinking and driving behavior. DOI:
10.5455/jbh.20141115011440 - Zhiguo WU, et al. (2014). Comorbidity of depressive and anxiety disorders: Challenges in diagnosis and assessment.
10.3969/j.issn.1002-0829.2014.04.006
Pengertian | Gejala | Penyebab | Jenis | Pengobatan | Pencegahan